Jumat, 03 Desember 2010

Keripik Salak

http://dwiheriyanto.wordpress.com/2008/07/17/keripik-salak/Sudah pernah makan keripik salak? Mungkin tidak banyak orang pernah menyicipi keripik yang satu ini karena biasanya singkong atau kentang yang sering dibuat keripik. Kalau begitu pertanyaannya saya turunkan. Apakah Anda sudah pernah melihat keripik salak? He..he..he.. kalau belum lihat saja gambar di bawah ini.

Hmmm, apa cara menggoreng keripik salak sama dengan cara menggoreng keripik-keripik yang lain (keripik singkong dkk)? Jelas beda. Buahnya berbeda dari segi tingkat kadar airnya. Singkong dan kentang memiliki tingkat kadar air yang relatif lebih kecil dibandingkan buah salak. Sehingga diperlukan perlakuan khusus agar salak pondoh yang digoreng menjadi kering sempurna seperti keripik-keripik yang lain, tidak sekedar menggoreng cara konvensional. Kalau nggak, ditunggu sampai kiamat pun nggak akan kering :mrgreen:
Oleh karena itu dibuat alat penggoreng dalam wadah hampa udara (vacuum frying) dalam bentuk tabung. Di dalam tabung berisi minyak goreng yang dijaga panasnya pada suhu 70-80 derajat selsius.
Gambar yang ada di postingan ini saya peroleh ketika melaksanakan kegiatan KKN UGM di Kelurahan Purwobinangun Kecamatan Pakem, Sleman tepat dua tahun yang lalu. Kecamatan Pakem terletak di sebelah utara kota Yogyakarta yang dekat dengan kawasan wisata gunung Merapi merupakan daerah penghasil salak pondoh. Seperti yang kita ketahui, banyak sekali jenis salak yang ada di Indonesia, salah satunya salak pondoh. Ciri khas dari salak tersebut adalah ukuran buahnya yang kecil tapi rasanya sangat manis, orang bilang sih manisnya semanis madu. Apabila dibuat keripik, rasanya tidak berubah karena akibat dari proses penggorengan dalam hampa udara.
Program KKN-nya bertemakan pengadaan alat penggoreng keripik salak -lebih tepatnya salak pondoh- yang nantinya dikelola secara mandiri oleh masyarakat, tentunya diadakan pelatihan terlebih dahulu. Dilatar belakangi dari melimpahnya salak pondoh di daerah tersebut pada musim panen raya bulan November sampai Maret sehingga harga di pasaran menjadi murah mencapai Rp. 1.500,00 perkilo. Namun bila bukan pada saat musimnya harga salak pondoh menjadi mahal sekitar Rp. 8.000,00. Nah, agar petani tidak rugi pada saat musim panen raya dan tidak mungkin bisa salak pondoh ditimbun dulu lalu dijual pada saat musim paceklik, maka sebagian salak pondoh disulap menjadi keripik, dengan harapan kesejahteraan petani semakin meningkat.
Harga keripik salak di pasaran tergolong mahal. Anda perlu merogoh kocek dalam-dalam agar bisa membeli satu kilo keripik salak yang harganya Rp. 90.000,00 sampai Rp. 100.000,00. Maklum, dari satu kilo buah salak pondoh menghasilkan hanya satu ons keripik salak. Jadi untuk memperoleh satu kilo keripik salak dibutuhkan sepuluh kilo buah salak. Itu belum biaya pembelian bahan bakar elpiji dan minyak goreng. Bila Anda ingin merasakan sensasi legit, gurih dan manisnya keripik salak, harga tersebut masih wajar.
Sayang, setelah kira-kira satu tahun setelah KKN berakhir, alat penggoreng keripik salak rusak. Ketebalan tabung tidak sesuai dengan yang direncanakan sehingga aktifitas produksi hanya bertahan sebentar saja. Entah bagaimana bisa terjadi. Oleh karena itu pada tahun ini telah diberangkatkan tim KKN UGM yang rencananya akan memperbaiki alat tersebut. Mudah-mudahan berhasil.